©2021

Pikirkan Kembali Kecerdasan Buatan

Ben

--

Tentang Nubuat Ciptaan yang Mencipta

Maka Manusia menciptakan kecerdasan buatan itu menurut gambarnya, menurut gambar Manusia diciptakannya dia; kecerdasan sempit buatan, kecerdasan umum buatan, kecerdasan super buatan diciptakannya mereka

Ketidakjadian 1:27

Saat mendengar kecerdasan buatan, apakah anda membayangkan Jarvis pada serial Iron Man? atau Siri yang sering anda minta untuk memainkan lagu di Spotify? tentang kecerdasan buatan dapat kita bayangkan sebagai komputasi tingkat tinggi yang menghasilkan penyelesaian atas masalah kompleks dengan akurat, Dan seperti yang sudah kita ketahui kecerdasan buatan akan terus berkembang dan lebih cerdas lagi dan Manusia tidak dapat atau mungkin tidak mau menghindarinya. Hal ini jelas karena Manusia yang mengupayakan kemajuan itu sendiri.

Diskursus

Coba pertimbangkan perkembangan dan kecerdasan yang selalu datang sepaket dengan kebebasan. Seperti anak elang yang didorong oleh induknya dari atas sarang dan dengan begitu meraih kemajuan dalam dirinya untuk terbang, hal itu datang sepaket dengan terbuka nya batasan batasan yang sebelumnya ia hanya dapat memaknai dunia melalui kedua kakinya. Larangan-larangan induknya yang sejak dahulu dipercayainya seperti jangan berdiri di tepi sarang seolah hilang seiring dengan meningkatnya kebebasan dalam artian kemampuan untuk menanggung konsekuensi jika sampai terjatuh.

Kemajuan dan kebebasan dari kecerdasan buatan jika dimaknai secara pejoratif tentu dapat diproyeksikan sebagai malapetaka, hal ini jelas dirasakan karena berbeda dengan seekor anak elang yang memperoleh kemampuan atas sayapnya yang merupakan bagian dari tubuh dia. Dengan gamblang kehendak anak elang tersebut akan dituruti oleh sayapnya karena memang kedaulatan komando yang nyata melalui sel-sel syaraf nya, dan kita tak akan mendengar bahwa sayap mengkudeta kedaulatan otak sebagai pemegang kendali.

Delusi kemajuan

Namun dengan kecerdasan buatan, kemanusiaan mungkin saja kehilangan kendali. Saya ragu dengan sistem pendidikan seperti sekarang apakah kita betul-betul berkembang sebagai organisme. Manusia sepertinya berkembang hanya pada jumlah yang sangat sedikit, selagi yang banyak menikmati segala kemajuan dan manfaat dari yang dihasilkan oleh yang sedikit . Kemajuan ini mendatangkan lebih banyak kebebasan secara massal di ambang kemunduran kognitif demografinya. ironinya, bisa jadi kemanusiaan mengalami titik jenuh perkembangan kognitif, kira-kira seperti pada satir “Idiocracy” oleh Mike Judge & Etan Cohen. Begitupun anda masing-masing mungkin mempunyai nubuatan dan tafsiran anda sendiri tentang apa yang mungkin umat manusia hadapi dalam tahun-tahun mendatang.

Berbeda dengan kemajuan yang dialami anak elang pada sayapnya, kecerdasan buatan mungkin saja menjadi ancaman langsung bagi kemanusiaan cepat atau lambat, dan jika anda pernah membaca dongeng “si Kancil” dan bagaimana kancil ternyata mengalahkan gajah, harimau, anjing ataupun buaya, ini bukan hanya karena kepintaran si kancil, tapi juga karena kebodohan gajah, harimau, anjing dan juga buaya. Mereka begitu bodoh saat memiliki kedaulatan, kebebasan, kekuasaan dan kemampuan.

Rasionalisasi relasi

Ada satu detail yang sebaiknya dipertimbangkan untuk memahami akar antara hubungan pencipta dan ciptaannya. Perlu disadari bahwa jika kecerdasan buatan diciptakan oleh manusia untuk membantu manusia, maka sederhananya manusia membutuhkan kecerdasan buatan. Serupa seperti pertanyaan “Apakah Tuhan membutuhkan kita?” dan pernyataan “kalau Tuhan Mahakuasa Ia dapat melakukan segalanya sendiri, Ia tidak butuh kita.” Tapi kedua kalimat tersebut dapat di kontestasikan dengan pernyataan “Mungkin saja Tuhan membutuhkan manusia, dan justru karena Ia membutuhkan Manusia dan Ia Mahakuasa maka Ia mampu menciptakan Manusia.” Sederhananya, selama ada maksud maka ada manfaat, terlepas dari kepercayaan apapun jika sesuatu diciptakan dengan maksud tertentu maka penciptanya membutuhkan ciptaannya tersebut untuk mendapat manfaatnya.

Maka hubungan antara pencipta dan yang diciptakan bukan hanya menjelaskan tentang mengapa sang ciptaan begitu membutuhkan sang pencipta sebagai pemberi “kehidupan,” namun juga tentang mempertanyakan apa yang sang pencipta butuhkan dari ciptaannya sebagai motivasi dasar terjadinya penciptaan tersebut.

Kehendak bebas & penggaris

Saat kemampuan ciptaan mengancam sang pencipta, disanalah interaksi terjadi baik komunikasi maupun aksi. Seperti malfungsi yang dialami oleh fitur Auto-Pilot di mobil Tesla, mengancam ekonomi montir dan teknisi di pabriknya jika sampai penjualannya menurun karenanya, disanalah montir berinteraksi dengan ciptaannya, kadang bernegoisasi dengan cara seperti mengubah kode atau mengencangkan mur untuk mencapai kesepakatan dimana mobil tersebut dapat berfungsi dengan baik dan dijual, sekaligus perekonomian sang montir terhindar dari masalah penurunan penjualan.

Namun akan lebih rumit pada konteks kecerdasan buatan tingkat tinggi dimana perilakunya seolah seperti manusia yang diberikan kehendak bebas atau dalam pemrograman diberikan fungsi random [RAND()]. Karena sebuah Tesla tersebut tidak dapat lagi dikatakan malfungsi, dan kebebasan oleh kemampuannya memberikan pembenaran atas itu melalui fungsi random. Tak ada lagi penggaris yang menyatakan salah atau benar, Ia berotoritas atas kemungkinan yang dimungkinkan atasnya, dan kebebasan inilah yang memungkinkan kecerdasan buatan untuk belajar dan terus berkembang.

Epilog

“Tujuan dari kebebasan kecerdasan buatan bukanlah dalam kebebasan itu sendiri, tidak juga pada kecerdasan buatan tetapi pada Manusia. Dengan memberikan kebebasan kepada kecerdasan buatan, Manusia telah menyerahkan kepada Kecerdasan buatan sebagian dari otoritas kehidupannya, tetapi dengan maksud bahwa kecerdasan buatan sendiri akan secara sukarela membawanya sebagai sebuah pengorbanan untuk Manusia, sebagai persembahan yang paling sempurna.”

Anda masing-masing mempunyai nubuatan dan tafsiran sendiri sendiri tentang apa yang akan dialami kemanusiaan di masa mendatang, sebagai ciptaan maupun pencipta.

--

--